Sebuah lukisan yang terjual dengan harga ratusan juta bahkan milyaran rupiah itu sudah menjadi sesuatu yang biasa, akan tetapi ketika harga sebuah foto ada yang terjual mencapai ratusan juta, hal itu adalah sesuatu yang luar biasa. Salah satu fotografer Amerika terkemuka yaitu Ansel Adams rata-rata karyanya terjual 300 jt (Tetone and Snake River, Grand Teton National Park 1942). Harga termurah 80 jt (Duves, Oceano, CA 1963). Bahkan salah satu karyanya ada yang terjual 150.000 US atau sekarang setara Rp. 1.350.000.000;
Ansel Adams adalah seorang fotografer
yang paling harum namanya di dunia fotografi dan karya-karyanya sangat
diburu para kolektor. Karya seni foto yang paling banyak dibuat dan
paling berkesan dipandang oleh setiap mata pengamat fotografi adalah
karya-karya foto pemandangannya, bercitarasa tinggi, hingga dijuluki
karya fotografi pemandangan yang termahal di dunia. Siapapun melihat
karya Ansel Adams pasti sepakat dengan harga mahal, sangat luar biasa,
indah, detail termasuk kontras dan pencahayaan tidak ada cacatnya ini
adalah pencapaian tertinggi dalam sejarah perkembangan seni fotografi
dunia.
Ansel Adams lahir di San Fransisco,
ayahnya Hitchcock Adams adalah seorang pengusaha. Sedangkan ibunya Olive
Bray seorang ibu rumah tangga. Adams kecil sudah menampakan
kecerdasannya dan tergolong anak yang hiperaktif dan memiliki gangguan
kesulitan membaca, sehingga pendidikannya hanya setara SLTP.
Satu-satunya kegembiraan Adams kecil adalah menikmati alam, dekat
jembatan The Golden Gate. Hampir setiap hari ia terlihat
bermain-main di sana seusai les piano yang dijalaninya. Sejak belasan
tahun Adams sudah senang memotret dan dalam usia 17 tahun dia telah
bergabung dengan sebuah klub pencinta alam, sierre club.
Tahun 1927 sangat menentukan karier
Adams, karena ia menghasilkan serial foto ”Monolith, the Face of Half
Dome” di Taman Nasional Yosemit. Tahun 1930 berjumpa fotografer Paul
Strand juga Alfred Stieglietz sejak itu Ansel Adams bertekad
menciptakan karya foto tanpa manipulasi (straight photography) tidak ada
dodging atau burning. Kemudian 1932 Adams bersama
Edward Weston mendirikan grup f/64, kelompok fotografer yang memotret
hanya dengan bukaan diafragma 64 untuk mendapatkan ketajaman gambar yang
maksimal.
Popularitas Ansel Adams sebagai
Fotografer terkemuka dari Amerika Serikat ini, didapat dari usahanya
yang sangat keras di bidang fotografi hitam putih.
Karya-karyanya dibuat dengan penuh pemikiran serta pengalamannya di
laboratorium bertahun-tahun, kesabaran dan keuletan di lapangan (bekerja
18 jam sehari) dan tidak pernah libur, sehingga menghasilkan karya yang
spektakuler dan memiliki citarasa yang tinggi. la sangat intens
dalam mempelajari sifat-sifat film dan kertas hitam putih. Pendalamannya
yang merupakan gabungan antara teori dasar fotografi dan pengalaman
empiris itu akhirnya membuahkan teori sistem zone (zone system) yang
banyak dianut para fotografer hitam putih di seluruh dunia. Ansel Adams
memberikan seluruh penemuannya kepada kita semua tanpa sedikitpun
dirahasiakannya. Dengan sistem zona ini Ansel Adams tidak pernah butuh
koreksi pencetakan, mencetak karya Adams adalah mencetak durasi persis
sama pada semua fotonya dan negatif film Adams adalah hasil final.
Sistem Zona adalah sebuah teori
fotografi hitam putih, di mana dalam sistem ini tiap nada di alam punya
korelasi dengan sebuah kepekatan dalam foto hitam putih. Maka setiap
fotonya dapat dilihat warna putih dan hitam tampil menawan sejajar
dengan aneka gradasi abu-abu pada lembar yang sama. Sistem zona dapat
juga diartikan sebagai pengukuran pencahayaan suatu obyek foto hitam
putih dalam beberapa zone atau nilai terang-gelap dalam ukuran “stop”,
di mana satu stop sama dengan kelipatan dua dari ukuran sebelum dan
sesudahnya. Perbedaan stop dapat dilakukan dengan diafragma maupun
kecepatan rana (dalam detik).
Skala nada (tones) atau gradasi
foto dalam sistem zona ini dibagi menjadi 10 tingkatan zone, yaitu
dari zone 0-zone 9. Yang disebut zone nol (0) adalah hitam total
maksimal yang bisa dicapai kertas foto, sedangkan zone 9 adalah putih
total pada kertas foto yang belum pernah tersinari sama sekali. Zone 0-3
biasa disebut zone bayangan, zone 4-6 adalah zone menengah yang
biasanya menjadi “terjemahan” warna merah, biru atau hijau, sedangkan
zone 7-9 adalah zone highlight atau zone terang untuk pantulan
warna atau tekstur yang sangat tipis. Untuk lebih jelasnya berikut ini
adalah pembagian masing-masing zone :
Zone 0 : Hitam pekat tanpa tekstur.
Zone I : Hitam pekat yang terdapat pada foto yang kita miliki.
Zone II : Hitam dengan tekstur tipis mulai terlihat.
Texture Zone
Zone III : Zone hitam dengan tekstur yang tersajikan dengan baik, misalnya rambut yang hitam, kain warna gelap, dan lain-lain.
Zone IV : Abu-abu gelap dengan tekstur yang baik sekali, misalnya warna kulit orang Ambon dan Papua.
Zone V : Abu-abu netral (grey card 18%) merupakan patokan lightmeter kamera dalam pengukuran cahaya (guide exposure).
Zone VI : Abu-abu dengan tekstur penuh.
Zone VII : Abu-abu muda dengan tekstur penuh dan merupakan nada terakhir dari abu-abu sebelum masuk dalam nada putih. Misalnya, highlight/bagian yang paling terang dari kain warna muda.
Light Zone
Zone VIII : Putih dengan tekstur seperti kertas putih, cat putih atau salju.
Zone IX : Putih, tanpa tekstur.
Zone X : Putih bersih dan merupakan putih yang terakhir dari skala nada.
Urutan dari setiap tingkat nada ke
tingkat nada yang lain, dibedakan dengan perbedaan pencahayaan 1 stop,
baik perbedaan dengan f-stop (diafragma) maupun dengan kecepatan rana (shutter speed) di kamera.
Selain menemukan sistem zona Ansel
Adams juga menghasilkan banyak buku yang sangat terkenal dan dapat
membantu masyarakat dalam mengapresiasi masalah fotografi. Adapun
buku-buku tersebut antara lain: The John Muir Trail (1938), Michael and
Anne in Yosemite Valley (1941), Born Free and Equal (1944), Illustrated
Guide to Yosemite Valley (1946), Camera and Lens (1948), The Negative
.(1943), Yosemite and the High Sierra (1948), The. Print (1950), My
Camera in Yosemite Valley (1950), My Camera in the National Parks
(1950), The Land of Little Rain (1950), Natural Light Photography
(1952), Death Valley (1954), Mission San Xavier dal Bac (1954), The
Pageant of History in Northern California (1954), dan Artificial Light
Photography (1956). The Islands of Hawaii, (1958), Yosemite Valley
(1959), Death Valley and the Creek Called Furnace (1962), These We
Inherit: The Parklands of America (1962), Polaroid Land Photography
Manual (1963), An Introduction to Hawaii (1964), Fiat Lux: The
University of California (1967), The Tetons and the Yellowstone (1970),
Ansel Adams (1972), Singular Images (1974), Ansel Adams: Images
1923-1974, Photographs of the Southwest (1976), The Portfolios of Ansel
Adams (1977), Polaroid Land Photography (1978), Yosemite and the Range
of Light (1979), The Camera (1980), The Negative (1981), den The Print
(1983). Sedangkan buku otobiografinya tidak selesai dikerjakan karena
ia keburu meninggal pada tahun 1984. Namun, bukunya diselesaikan Mary
Street Alinder dan, terbit tahun 1985.
Keberhasilan Adams dalam dunia fotografi
yang tercermin melalui karya-karyanya juga tidak luput dari kritikan.
Ada beberapa orang yang mengkritik karyanya dengan mengatakan bahwa
karya Adams bagus karena objek yang difotonya memang indah. Namun
sesungguhnya tidaklah demikian sebab kenyataannya banyak fotografer lain
yang memotret objek yang sama dengan pencahayaan dan sudut pemotretan
yang dirangcang semirip mungkin dengan karya Adams, tetapi hasilnya
tidak sebagus karya-karya Adams. Kritikan lain adalah adalah dari Henri
Cartier Bresson seorang fotografer kondang yang mengatakan ”Betapa
miskinnya objek foto yang dipilih Adams, padahal dunia ini sangat
beraneka ragam”, tapi yang dipotretnya hanyalah karang dan pohon.
#Sumber : http://fotografi.isi-dps.ac.id/
http://www.anseladams.com
No comments:
Post a Comment